Hari-hari terakhir menjelang Idul Fitri tahun ini, terasa ada sesuatu yang berbeda, bukan masalah mudiknya atau silaturahminya yang berbeda, tetapi suasana hatiku.Aku enggak terlalu pusing dengan segala macam acara-acara "sowan" atau ber "sungkem" dengan Pak De-Bude, kakek-nenek, juga saudara2 yang lebih tua.
Kenapa begitu....? jawabannya karena mereka sudah habis...tahun ini dua orang yang biasa ku "sungkem"i telah meninggal dunia. Praktis hanya tinggal dua orang kakak dari pihak istri saja yang menurut kebiasaan keluarga/adat harus ku sungkem-in, tapi mereka sendiri nggak pernah mau kalo aku sungkem sama mereka, cukup anak-anakku saja katanya....
Bahkan mereka bilang kalau mulai tahun ini, mulai lebaran hari pertama aku tidak usah keliling lagi, karena keponakan-keponakan dan saudara-saudaraku yang lebih muda akan datang ke rumahku untuk melakukan sungkeman.
Hemmm.......ada rasa aneh juga, ternyata waktu telah berbicara, bahwa generasi mulai berganti.Sejak kami menikah 16 tahun yl, aku setiap lebaran harus berkeliling ke saudara2, sekarang gantian aku yang stand by di rumah....berarti .......ada konsekwensinya nih...
1. Rumah harus bersih dan asri (padahal biasanya berantakan karena nggak ada pembantu).
2. Menyiapkan hidangan untuk menyambut tamu(saudara2) yang datang.(biasanya dulu malah sengaa enggak masak...kita numpang makan aja di rumah2 mereka....xixixi, kapan belanjanya and kapan masaknya nih....).
3.Nyiapin lembaran duit/angpaw, 5 rb, 10rb, 20 rb 50rb-an sesuai dengan derajat usia dan kedekatan keluarga. (padahal dulu malah dapet duit....)
4. Menyiapkan kalimat2 balasan ucapan sungkem dalam bahasa jawa halus dan Indonesia. (kalo dulu cukup satu kalimat ucapan sungkem untuk semuanya....kolektif...hehe).
Mungkin masih ada lagi yang perlu aku tambahkan sebagai persiapan Lebaran?
No comments:
Post a Comment