Manusia sebagai makhluk sosial tentunya akan selalu berinteraksi dengan manusia lain, dalam bermacam situasi, kondisi dan lingkungan. Tak bisa dipungkiri bahwa interaksi antar manusia sudah merupakan suatu kebutuhan hidup manusia yang normal. Bila ada seseorang yang tidak bisa berinteraksi dengan manusia dan lingkunganya, pastilah kita akan seketika menyadari bahwa “manuasia” itu tak normal, manusia itu mungkin juga sudah gila. Hidup di dunianya sendiri, tentunya kondisi yang ekstrim yang membuat manusia terisolir dari manusia yang lain merupakan perkecualian, misalnya tedampar di suatu pulau terpencil di tengah lautan luas.
Interaksi antar manusia sudah terjadi begitu kita memulai hari dengan terbangun dari dunia mimpi yang merupakan dunia hak milik kita pribadi, kita akan segera bertemu dengan anggota keluarga, orang2 disekitar tempat kita tinggal, kemudian orang2 disepanjang perjalanan kita menuju tempat sekolah, tempat bekerja. Bila diteruskan maka akan kita dapatkan bahwa mungkin ada ratusan bahkan ribuan orang yang kita temui dan kita lakukan interaksi setiap harinya.
Melihat kenyataan diatas, tentunya bertemu dengan seseorang bukanlah hal yang aneh dalam perjalanan hidup kita. Entah itu orang yang tak kita kenal, orang yang pernah kita kenal , bahkan orang yang terkenal sekalipun.
Interaksi tersebut bisa terjadi secara tiba-tiba, bisa juga terjadi secara terjadwal. Pokoknya bukan hal yang aneh lah untuk bertemu dengan orang yang lain…apapun motif dari interaksi (pertemuan) tersebut.
Hebatnya , kelancaran komunikasi yang terjadi tidak melulu harus terjadi pada pertemuan yang direncanakan, bahkan pada orang2 yang terbiasa bekerja di bidang pelayanan/ Jasa, pertemuan yang tidak direncanakan merupakan hal yang wajar dalam kesehariannya. Namun pada orang yang lain mungkin harus melakukan suatu “appointment” terlebih dahulu untuk bisa bertemu, entah karena kesibukannya atau memang peraturan yang mengikat mengharuskan dia begitu, melakukan perjanjian dahulu untuk bertemu.
Lalu apakah untuk bertemu dengan seseoran sebaiknya harus direncanakan /melakukan perjanjian dahulu….?
Ahh….jawabannya bisa iya…bisa tidak. Mungkin situasional jawabannya.
Aku baru saja mengalami kejadian yang membuatku nggak bisa tidur nyenyak ….apa pasal….? Yah..suatu kesempatan bertemu dengan sosok teman didunia maya yang kukagumi dan kuhormati telah kulewatkan begitu saja. Padahal kesempatan itu tidak akan mudah diulangi lagi, bahkan mungkin tak kan terulang untuk selamanya.
Apakah aku menyesalinya…? Yah ….penyesalan selalu datang belakangan. Dan itu sudah merupakan konsekwensi yang harus diterima sebagai hasil dari keputusan yang diambil. Apa sih alasan aku melewatkan kesempatan untuk bertemu dengannya…? Mau tahu jawabanku….?.Jawabanku : “ Aku belum siap…bisa rontok Jantungku ”…hehe….Jawaban yang nggak mutu….dan apa balasannya dari jawabanku..? “ Ya sudah…nggak jadi aja, aku gak mau menciptakan rekor Kopdar dengan masuk ke UGD karena jantung rontok”..hahaha….Wow…!!...jawaban yang cerdas…dan menimbulkan perasaan nyaman karena sedikit banyak meng-eliminir suatu penolakan dengan alasan yang nggak mutu dariku. Tentunya teman tersebut memiliki intelegensia tinggi dan cepat menganalisa situasi dengan kemampuan menciptakan suatu situasi yang mengenakkan bagi kedua belah pihak akibat pertemuan yang tak bisa dilakukan. Sudah layak dan sepantasnyalah aku mengucapkan terima kasih sekaligus memohon maaf kepadanya.
Aku bersyukur memiliki “teman” yang begitu baik dan begitu pintar… aku menghormatinya….bahkan menyayanginya…dan….apakah ini yang kutakutkan bisa membuat jantungku rontok…? Mungkin saja ya….? Katanya “jatuh cinta” bisa membuat “jantung rontok”…hehe
No comments:
Post a Comment