Banyak hal yang saya jadikan pertimbangan kenapa saya tidak jadi bilang ke ortu kalau saya pengen pindah kuliah. Ada beberapa skenario yang menjadi bahan pertimbangan saya.
Skenario 1 :
Saya mogok makan, mogok kuliah, pasang muka sedih setiap hari sehingga pada akhirnya saya diizinkan pindah kuliah. Saya bisa kerja jadi desainer grafis tapi hidup pas-pasan sehingga di umur saya yang seharusnya sudah bisa membahagiakan ortu malah saya masih bergantung pada ortu.
Skenario 2 :
Saya mogok makan, mogok kuliah, pasang muka sedih setiap hari sehingga pada akhirnya saya diizinkan pindah kuliah. Saya akan membuktikan pada ortu kalau saya bisa sukses dengan menjadi seorang desainer grafis. Beberapa tahun kemudian, saya benar-benar sukses. Saya senang, ortu senang.
Skenario 3 :
Saya mogok makan, mogok kuliah, pasang muka sedih setiap hari sehingga pada akhirnya saya diizinkan pindah kuliah. Saya akan membuktikan pada ortu kalau saya bisa sukses dengan menjadi seorang desainer grafis. Beberapa tahun kemudian, saya benar-benar sukses. Tapi bagaimana seandainya sebelum saya sukses, ortu saya sudah tidak bisa melihat saya lagi ??
*Saya berharap skenario yang ketiga ini benar-benar tidak terjadi
Skenario 4 :
Saya tetap kuliah di tempat yang sekarang. Saya menderita karena ketidakmampuan saya menyerap materi kuliah yang diberikan dan saya belum tahu akan kerja apa saya di masa depan. Bisa hidup cukup saja sudah bersyukur. Dan ortu saya mulai menyesal karena dulu tidak mengabulkan permintaan saya untuk kuliah di tempat yang saya mau.
Skenario 5 :
Saya tetap kuliah di tempat yang sekarang. Saya menderita karena ketidakmampuan saya menyerap materi kuliah yang diberikan. Namun, pada akhirnya saya menjadi orang sukses, namun tetap tersiksa karena saya tidak suka dengan pekerjaan saya. Saya tetap menderita, ortu bangga dan bahagia.
Skenario 6 :
Saya tetap kuliah di tempat yang sekarang. Saya menderita karena ketidakmampuan saya menyerap materi kuliah yang diberikan. Namun, saya percaya, jika ada kemauan, maka kemampuan akan terbentuk dengan sendiri. Pada akhirnya saya menjadi orang sukses dengan kebahagiaan lahir batin. Bahkan ortu saya juga bahagia dan bangga dengan saya. Karena saya mampu berkembang di bidang yang mereka anggap baik untuk masa depan saya
Dari enam skenario di atas, saya memilih skenario yang ke-6. Aku memang kecewa tidak bisa kuliah di tempat yang aku inginkan, tapi pasti lebih kecewa lagi ketika Bapak saya tidak bisa kuliah karena masalah keuangan dan memilih bekerja saja mencari uang karena berpikir "Biar anak saya saja yang kuliah dan menjadi orang sukses".
Saya memang sebal karena saya susah menyerap materi-materi yang ada, tapi tidak sesusah ketika Ibu saya melahirkan saya.
Saya memang lelah belajar apa yang tidak menjadi kesenangan saya, tapi tidak selelah ortu saya bekerja mencari uang setiap hari sampai pulang malam.
'Kesakitan' saya dalam menghadapi semua ini tidak sepadan dengan kelelahan dan keikhlasan ortu saya dalam membesarkan saya.
Kini bagi saya, masa depan saya serahkan pada Tuhan. Saya hanya bisa berdoa, berusaha, dan berharap. Yang Tuhan tahu, saya hanya ingin membahagiakan ortu saya :)))
No comments:
Post a Comment