Thursday, March 12, 2009

Angry - "marah"


Benar-benar terasa tidak nyaman dan tidak mengenakkan, manakala kemarahan sudah merasuki hati dan pikiran kita. Yang ada hanya rasa gelisah dan rasa tidak puas atas perlakuan yang kita alami maupun yang kita terima. Siapapun selama dia masih bernafas pasti pernah dan akan mengalami situasi ”marah”. Situasi seperti ini dimulai dari suatu perasaan (feeling) negatif saat seseorang atau sesuatu berbuat salah, berbuat keliru yang menyebabkan orang tersebut berada dalam situasi terancam atau situasi yang membahayakan dirinya. Orang tersebut akan berusaha mempertahankan keutuhan fisik dan psikis (ego) dari ancaman tersebut agar tetap eksis. Tindakan kemarahan tersebut dapat juga berunjuk pada tindakan menghukum (punish) seseorang atas apa yang telah mereka lakukan.
Kemarahan merupakan reaksi dari otak atas suatu nyeri atau sakit (pain or hurt) yang nantinya akan diolah oleh otak untuk menelurkan suatu keputusan yaitu : akan lari menghindar atau maju menghadapinya (flight or fight).
Gambaran kemarahan pada manusia dan binatang pada prinsipnya sama, umumnya dalam bentuk perubahan fisik (menjadi lebih kaku/tegang, bersuara keras/berteriak/, gerakan2 tubuh yang mengancam), namun pada manusia ekspresi kemarahan lebih sulit dinilai, pada orang-orang tertentu ekspresi kemarahan justru bukan dalam bentuk teriakan marah, atau wajah yang sangar, tetapi bisa juga dalam bentuk ekspresi diam-membisu-mutisme, atau justru tertawa getir. Tetapi reaksi metabolisme tubuh tetap tidak bisa disembunyikan, yaitu tekanan darah dan denyut jantung yang meningkat tajam, keringat yang mengalir keluar dari dahi, tengkuk, dan nafas yang memburu. Semua ini disebabkan pelepasan substansi epinefrin/adrenalin sebagai bentuk reaksi otak dalam menghadapi situasi darurat, dimana seseorang bersiap untuk mengambil tindakan ”fight or flight”.
Kemarahan juga dapat merupakan ekspresi dari suatu intimidasi (intimidate) terhadap seseorang, untuk menekan agar orang tersebut mau mengikuti kemauannya, bisa juga kemarahan merupakan bentuk agresi (aggression) dimana suatu perkelahian (fight) dapat segera terjadi untuk memenangkan keinginannya.
Beberapa orang juga menunjukkan ekspresi kemarahan kepada publik dengan jalan memukul atau menghantam benda2 mati, seperti memukul pintu, menendang sesuatu, atau meninju tembok. Ada juga seseorang yang menunjukkan kemarahannya dengan jalan menyakiti dirinya sendiri, seperti membentur-benturkan kepala ke tembok atau mencederai dirinya sendiri.
Kemarahan tersebut sebenarnya sangat menguras tenaga dan energi, kadar gula darah sangat turun, penderita bisa mengalami hipoglikemia (kadar gula darah rendah) dan hipoksia (kekurangan oksigen dalam sirkulasi tubuh) sehingga jangan heran pada orang-orang tertentu yang dalam situasi kemarahan luar biasa akan mengalami kejadian pingsan (collaps).
Menghadapi situasi orang dengan kemarahan, sebaiknya janganlah dihadapi secara frontal, tetapi cobalah untuk mengerti situasinya, menghadapinya secara frontal bisa berakibat buruk. Tenangkan dia dengan kata-kata yang bernada mengalah, penuh pengertian, kalem dan menyejukkan, bila tidak mempan...sebaiknya anda ngaciiiirrr...., biarlah situasi menjadi tenang dan kemarahannya mereda. Tetapi bila kemarahannya sudah diluar batas, dengan akibat membahayakan orang lain atau dirinya sendiri, maka pertolongan harus segera dimintakan dari yang berkompeten, dalam hal ini adalah pihak yang berwajib, untuk melumpuhkannya, setelah itu akan diserahkan kepada ahli yang mempunyai ilmu untuk mengatasi kemarahan yang membahayakan jiwa (dokter psikiatri, psikolog).
Kemarahan adalah hal sangat manusiawi, karena merupakan bentuk dari ekspresi emosional manusia untuk mempertahankan integritas dirinya. Tetapi bila kemarahan tersebut sudah tidak rasional, maka sudah layak dan sepantasnya pertolongan dari ahli diperlukan untuk mengatasinya (anger management).
Demikian pembaca sekalian artikel saya kali ini, semoga bermanfaat.


Kemarahanmu.....
Kemarahanku....
Berpadu menjadi satu,
Akankah bertumbuh terus.....?
Tak taulah
Finish.


(Gb; sort d’fig)

No comments:

Post a Comment