Sambil merapikan sisiran rambutnya, Pak asyangar mematut-matut wajahnya di depan cermin lemari pakaiannya. Disisirnya dengan hati2 helai demi helai rambutnya yang sudah makin menipis, tapi memang belum ada uban sama sekali. Kemudian dengan menggunakan gunting ukuran sedang, dipangkasnya dengan hati-hati kumisnya yang hitam legam, hmm…rutinitas hariannya pak Asyangar manakala menginjak hari Sabtu. Yah..hari yang tepat untuk melakukan perawatan wajah dan rambut…hehe…
Kemarin Jum’at, seorang warga desa nya bernama pak Warto datang menemuinya di kantor Balai Desa. Pak Warto melaporkan peristiwa tewasnya Sapi peliharaannya. Sapi tersebut sudah dia pelihara selama 3 tahun, dulu dia beli seharga 3 juta rupiah, kemudian dia pelihara baik untuk di gemukkan. Sapi tersebut rencananya akan dia jual menjelang Lebaran besok. Kebetulan Sudah ada tengkulak Sapi yang mendatangi rumahnya dan menawar Sapi pak Warto seharga 10 juta rupiah. Pak Warto sebenarnya sudah cocok dengan harganya, tetapi dia berencana akan menjual si Sapi mendekati hari raya Lebaran, dimana harga daging sapi pasti akan melonjak tajam, dia perkirakan harga si Sapi bisa mencapai 15 juta rupiah.
Uang 15 juta rupiah tersebut sudah dia anggarkan untuk biaya pernikahan putri semata wayangnya….yang bernama Surti….Naaah…..batal deh acara perkawinan si Surti......
Pak Asyangar biasanya dalam menghadapi kasus seperti ini akan menganjurkan warganya melapor dan menyerahkan kasusnya kepada Kepolisian Sektor setempat. Tapi…berhubung kasus ini menimpa ayahnya si Surti…yang notabene cewek kembang desa berusia 16 tahun yang beberapa waktu lalu menemui dia untuk meminta surat kenal lahir, maka Pak Asyangar memandang bahwa laporan kematian si Sapi ini akan dia tindak lanjuti secara privat dengan lebih serius…hehe…
Sesampai di rumah Pak Warto….Pak Asyangar kemudian melakukan inspeksi ke sekeliling kandang sapi Pak Warto. Dari hasil investigasi…di temukan tanda2 bahwa Sapi pak Warto meninggal dunia akibat keracunan. Tanda2nya begitu jelas…yaitu : badan kebiruan, perut kembung, muntah dan berak2 serta mata melotot dan mulut berbuih. Dari pengalaman Pak Asyangar yang didapat dari kursus dan penyuluhan Dinas Peternakan, dia tahu bahwa sapi Pak Warto mati akibat keracunan “Apotas”. Suatu racun yang biasa dijual di pasar2 desa dengan nama racun tikus atau racun babi. Harganya murah, satu bungkus Cuma sekitar seribu – duaribu rupiah.
Dari hasil browsing internet semalam, akhirnya Pak Asyangar tahu bahwa racun Apotas, dikenal juga sebagai racun Arsenik (Arsenikum). Masuknya arsenik dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sangat sakit perut akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Paparan dalam jangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi arsen, dapat menyebabkan nafas berbau, keringat berlebih, otot lunglai, perubahan warna kulit (menjadi gelap), penyakit pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf), blackfoot disease dan kanker kulit
Gejala keracunan arsenik sulit dijelaskan, sampai ditemukannya tes Marsh, tes kimia sensitif untuk mengetes keberadaan arsenik. Karena sering digunakan oleh para penguasa untuk menyingkirkan lawan-lawannya dan karena daya bunuhnya yang luar biasa serta sulit dideteksi, arsenik disebut Racun para raja, dan Raja dari semua racun.
Dalam zaman Perunggu, arsenik sering digunakan di perunggu, yang membuat campuran tersebut lebih keras. Warangan, yang sering digunakan sebagai bahan pelapis permukaan keris, mengandung bahan utama arsen. Arsen membangkitkan penampilan pamor keris dengan mempertegas kontras pada pamor. Selain itu, arsen juga meningkatkan daya bunuh senjata tikam itu.
Peracunan arsenik dapat terjadi secara akut akibat konsumsi arsen berlebih atau kronis akibat terpapar terus-menerus meski dalam kadar rendah (misalnya karena meminum air yang terkontaminasi arsen melebihi batas ambang aman tertinggi).
Berbekal imu pengetahuan yang didapatnya secara instan dari Internet, Pak Asyangar dapat menjelaskan tanda dan gejala kematian si Sapi tersebut dengan mantap, karena terjadi setelah Sapi tersebut makan malam, berupa ramuan rumput campur katul, dan ternyata di ember sisa makanan si sapi tercium bau racun yang menyengat. Sekaranglah saatnya pak Polisi bertugas untuk menemukan si teroris penyebar racun arsenik tersebut yang telah mencabut nyawa si Sapi yang tak berdosa.
Sambil duduk di ruang tamu, Pak Asyangar menikmati sajian pisang goreng kepok kuning kesenangannya dan segelas kopi kapal api special. Pak Asyangar sangat menyukai suguhan itu. Kemudian di sela-sela makan pisang goreng, Pak Asyangar bertanya kepada pak Warto ; “ Pak Warto, pisang goreng nya enak sekali…beli dimana ini…? Kopi nya juga..mantap sekali…Kopi Kapal Api yaa…?”
Pak Warto sambil tersenyum berkata..” Mas Lurah itu yang nggoreng pisang dan yang bikin kopi si Surti…anak saya yang batal kawin…gara-gara si Sapi mati….Itu….. si Surti ada di dapur, di belakang mas Lurah…” demikian kata pak Warso sambil menujuk kea rah dapur.
Pak Asyangar sontak memalingkan wajahnya...ke arah dapur…tampak seraut wajah ayu si Surti…sedang memandangi nya dari balik korden pintu….
Pak Asyangar tersenyum lebar…hati nya ber bunga-bunga, kumisnya berkibar-kibar saat berpandangan mata dengan mbak Surti. Mbak Surti kemudian mendekati mereka berdua. Sambil menundukkan kepalanya, mbak Surti kemudian berkata lirih ke bapaknya…” Pak…aku tetep kepingin kawin…” sambil tersenyum malu dan memandang sekilas,mengedipkan sebelah mata-nya ke Pak Asyangar….hehe…..
No comments:
Post a Comment