Monday, November 9, 2009

Kenikmatan dalam “Senandung Cinta dari Rumah Kayu”


Ada perasaan aneh saat mulai pertama kali membuka lembaran2 awal buku “Senandung Cinta dari Rumah Kayu”.Cetakan Gramedia. Ada kesan familier, ada kesan kebersahajaan, mulai dari halaman Kata Pengantar, Ucapan Terima Kasih, dan Sapa Para Sahabat. DeJavu kah….mungkin saja, tapi nuansa rasa kebersamaan sebagai sesama blogger-lah yang mungkin menyebabkan timbulnya perasaan “aneh” tersebut. Terbersit rasa bangga juga haru, ternyata kumpulan tulisan2 di suatu Blog dapat juga diterbitkan dalam bentuk suatu buku kumpulan cerita pendek yang saling mengkait antar topik ceritanya. Ini tidaklah mudah di tiru oleh kebanyakan blogger, saya yakin sekali, karena syarat untuk bisa diterbitkan dalam suatu buku dan memiliki nilai jual antara lain adalah harus tulisan yang bermutu tinggi , menarik minat baca, dan yang penting lagi adalah konsistensi dalam topik tulisan yang di publikasikan diblog. Inilah yang tidak mudah, mengingat dalam tempo satu tahun bisa bertahan dalam “warna tulisan yang sama” adalah sangat sulit, hanya penulis2 yang cerdas dan memiliki kemampuan tinggi dalam berimajinasi lah yang akan selalu mampu menelurkan gagasan dan ide2 segar. Bahkan dalam tema yang sederhana sekalipun dapat dituangkan menjadi suatu tulisan yang menarik. Seperti kisah yang berjudul ”Selingkuh a-la Ayam Goreng” di BAB I, ”Hujan Cinta Tercurah” di BAB II, ”Love Fragrance, Kiat Menyuburkan Tanaman dan....Cinta” di Bab IV.
Kenapa pada BAB III dan V tidak kusebut...? Karena menurutku pada BAB III dan V inilah yang merupakan kumpulan cerita yang agak ”berat”, mungkin boleh dikata merupakan inti tersembunyi dari ”rahasia Rumah Kayu”. Persoalan apakah semua tulisan di blog Rumah Kayu 100% merupakan fiksi belaka, buatku tidak penting lagi, karena sudah merupakan suatu rumah kayu yang nyata, dan memang ada (walau hanya dalam kepala penulis dan pembacanya).
Pada Bab I (Pintu) memiliki 25 cerita yang menurutku pendekatannya lebih kearah ilmu Psikologi, terutama Psikologi perkembangan, diulas dalam beberapa topik mengenai anak, remaja bahkan dewasa, mungkin memang penulisnya termasuk expert dalam ilmu Psikologi, setidak-tidaknya menyukai ilmu Psikologi, entah basic maupun terapan. Perpaduan antara budaya barat dan timur tampak kental dalam tulisan2 di BAB I ini,.
Memasuki BAB II (Jendela), mulailah warna tulisan berubah, gambaran Rumah Kayu dengan para penghuninya serta keluarganya mulai bermunculan, terutama tokoh si kecil Pradipta yang dengan segala keluguan dan kecerdasan anak kecil sangat mewarnai kehangatan keluarga Rumah Kayu. Tokoh gadis kecil belia, balerina yang narsis justru menyadarkan aku, kemungkinan ini adalah gambaran Dee muda, karena melihat celotehannya dan caranya merayu sedemikian narsis dan menggemaskan, mengingatkan ”errornya” Dee yang disembunyikan dalam tokoh gadis muda tersebut.
Pada BAB III (Atap), mulailah pergulatan bathin tentang status si kecil Pradipta muncul kepermukaan, kekawatiran akan kasih yang terputus digambarkan dengan lugas dan wajar sekali, ini adalah Bab favoritku. Suatu pengharapan yang terkabulkan akan suatu keutuhan cinta.....hhmmmm...indah sekali, Kebalikan dari jeritan Kahlil Gibran yang begitu merana tak kala cintanya terhadap Shelma Karamy kandas (The broken Wings).
BAB IV (Dapur) , terdiri dari lima tulisan saja. Mas Kuti dan Dee begitu jeli dan cerdas memasukkan tulisan tersebut dalam satu Bab, tergambarkan suasana Rumah Kayu yang kembali lega, bebas dari kekawatiran yang muncul di BAB III, suasana mesra di keseharian Rumah Kayu tetap muncul kembali. Akupun merasa lega dan dapat menikmati pisang goreng dan coklat hangat untuk melanjutkan membaca terus kisah2 berikutnya. Menginjak BAB V (Kamar), jangan terkecoh dengan sub judul Bab, karena sama sekali tidak ada penggambaran adegan ranjang Kuti dan Dee...hehehe....itu sudah dituliskan dalam bab sebelumnya....justru di kemah sebelah rumah kayu.....hoho.....Terbayang begitu macho nya Kuti sedang menggergaji dan memaku kayu. Bab V ini menunjukkan bahwa Dee and Kuti juga menyukai buku atau ilmu tentang ”Obstetri dan Ginekologi”...memang tidak mendetail karena mereka bukan medis, tetapi memiliki dasar ilmiah yang baik, sehingga tidak ada salahnya aku mengatakan bahwa Bab ini juga dapat dijadikan sumber informasi yang berguna mengenai rahasia konsepsi (kehamilan)....hehehe.....boleh di tiru resep2 nya, bagus lagi kalau kutipan tentang ”Kama-Sutra” di cantumkan....xixixi.....

Secara umum tentang buku ini ada beberapa masukan dariku, antara lain ;
Gambar sampul Rumah Kayu menurutku lebih kearah “House” bukan “Home”, ada kesan kering dalam kehijauan, mungkin akan lebih baik lagi seandainya gambar dari isi rumah kayu...dimana tampak tempat tidur kayu, lantai kayu, jendela dan pintu dari kayu....mungkin ada pot bunga dekat jendela dan gambaran si kecil Pradipta.....yah...mirip2 gambar2 di buku “Little house on The Prairi”. Ukuran tulisannya sudah cukup, Cuma mungkin lebih baik lagi kalau tulisannya berwarna hitam saja, untuk ilustrasi gambar di dalamnya, sudah menjiwai cuma kurang kontras aja....padahal itu lukisan anak-anak....yang memberi nilai plus pada keindahan cerita2 didalamnya.

Akhirnya, izinkan saya memberi apresiasi yang tinggi, Excelent...! terhadap buku “Senandung Cinta dari Rumah Kayu” karya Dee dan Kuti. Saya akan memborong buku ini dan memberikan sebagai gift untuk orang-orang yang kusayangi.

No comments:

Post a Comment