Kemarin malam sepulang mengantar istri belanja ke Hypermart, aku dan istriku “menyibukkan” diri di ruang tengah, sementara anak2 masih meneruskan belajarnya untuk satu jam lagi. Istriku asyik memasukkan data dari flashdisk ke Laptopnya,yah…selalu begitu, semua konsulan yang masuk dan ekspertise (jawaban atas konsul dari hasil pemeriksaan) yang telah dia buat didokumentasikan dalam foldernya. Waktu ku tanya ngapain sih repot2 amat…kan di RS tempat dia kerja juga tersimpan arsipnya, istriku bilang “Yang kusimpan di file RS adalah data dasar dan surat konsulnya aja, kalo ekspertise buatanku hanya kuberikan yang tercetak di lembar pemeriksaan, kalau yang di komputer RS selalu ku hapus”. “Loh…kok kamu hapus Ma…kenapa?” aku balik tanya karena aku sendiri tidak pernah begitu. Dengan santainya istriku jawab” Pa…ilmu itu mahal…kita juga sekolah sampai bisa seperti sekarang dari hasil jerih payah sendiri, banting tulang, makan hati juga di tanggung sendiri…kita sudah mengorbankan waktu kita yang sangat berharga yang seharusnya untuk pendampingan anak kala mereka masih di SD dan SMP …dan itu tidak bisa ditebus maupun di kembalikan lagi, karena sudah lewat, itu semua adalah pengorbanan anak-anak kita, tujuannya apa sih kita capek-capek sekolah lagi…? Buntut-buntut nya kan buat meningkatkan taraf kehidupan…? Makanya aku tidak sembarangan melepas ilmu ku, karena di luar ada Teman Sejawat (TS) kita yang plagiat, suka meniru-niru jawabanku sementara mereka sendiri tidak memiliki kompetensi untuk menjawab, karena mereka tidak menguasai ilmunya…gituuu …lho Pa….” .
Aku terdiam sesaat memikirkan jawaban istriku, sambil menghela nafas “ Hhmm…masa’ sih ada TS kita yang tega begitu…meniru-niru jawabanmu Ma…?”. Sambil tersenyum sabar istriku bilang “ Pa…kalau sudah menyangkut profesionalitas, pasti ada hubungannya dengan upah maupun rezeki, manusia mudah silau, kalap dan mata gelap…mereka berani main kayu dan menusuk dari belakang demi merebut rezeki yang bukan haknya, Aku saat awal-awal bekerja di RS itu, datang dengan membawa ilmu yang masih baru dan gres…aku begitu mudah dan santainya membiarkan TS ku membuka file2 ekspertise milikku…tadinya ku anggap tidak apa-apalah menularkan ilmu yang terbaru kepada mereka yang belum meng update ilmunya, tapi….. apa yang terjadi Pa…mereka mulai terlalu berani menangani konsulan yang bukan haknya dan bukan jatahnya,karena mereka jelas-jelas tidak menguasainya, akibatnya banyak muncul komplain dari si pengirim pasien ke RS ku…walaupun yang tanda tangan bukan aku, tapi tetap aku lagi yang harus memperbaiki jawaban mereka yang begitu amburadul nggak karuan, padahal Papa tahu kan…sekali pemeriksaan dengan alat MRI (Magnetic Resonance Imaging) membutuhkan biaya hampir 2 juta rupiah, kasihan pasiennya, karena mereka harus mengeluarkan uang sedemikian besar tetapi memperoleh jawaban yang ngawur, akibatnya tindakan yang di ambil oleh si pengirim jadi keliru juga”. Aku tercengang…” Ooh…sampai gitu ya Ma…”. Isriku meneruskan “ iya Pa….aku yang kalang kabut akhirnya…harus mengulangi dan memperbaiki lagi..dan aku nggak dapet duit…duitnya masuk ke rekening TS yang njawabnya amburadul itu..apa bukan kerja rodi itu namanya…? Sekali dua kali nggak apa2 lah…tapi kalau terus2an…No Way…!” Kulihat wajah istriku begitu bersemangat dan tampak begitu jengkel. Ku tunggu sampai suasana agak tenang…., kemudian istriku melanjutkan “ makanya semua data2 dan ekspertise milikku ku hapus dari file RS, lebih baik kusimpan di laptop rumah dan ku burn di CD, sewaktu-waktu di butuhkan aku masih punya dokumentasinya”.
Aku benar-benar nggak mengira kalau situasinya seperti itu, selama ini ku kira istriku bekerja dengan tenang2 saja, ternyata dia mengalami juga situasi yang tidak mengenakkan berkaitan dengan TS yang terlalu berani dan tidak menyadari keterbatasan kemampuannya …hanya demi mencari rezeki yang bukan haknya.
Aku jadi teringat dengan postingnya Cah Bontot (Pelit amat sih?), memang beda kasus dan situasinya, buat ilmu2 yang menyangkut profesi kayaknya kita memang harus pelit, tapi kalau sekedar memberi informasi dan sekedar pencerahan memang tidak masalah kita memberikan dengan Cuma-Cuma.Lantas sebaiknya bagaimana kita bersikap ya…? Kita semua tahu sekolah itu mahal, makanya ilmu yang diperoleh juga mahal harganya, mungkin kalau kita memberikan “sekedar “ pengetahuan bagi orang awam memang tidak masalah, karena justru kita memberikan pencerahan kepada mereka.
Hidup memang penuh perjuangan yaaa….?
No comments:
Post a Comment