Sunday, November 15, 2009

Love….Love….

Baru saja aku mengeringkan lap ‘chamois” setelah berasyik masyuk mencuci mobilku, Ku dengar ponselku berbunyi, nada panggil, bah...tumben ponsel yang itu, karena nomor itu hanya kupake di fesbuk. Kulihat yang call tak tercantum di memory, kubiarkan aja...ntar juga brenti sendiri, dan memang iya.
15 menit kemudian saat aku bersiap-siap keluar dari garasi, ponsel itu berbunyi lagi, nomor yang sama...ya udah, siapa tahu penting. Saat kuterima, kudengar suara merdu, perempuan, lirih...'halo...halo..., ku dengarkan dulu suaranya mencoba mengingat-ingat…., dan aku tak mengenalnya...ku jawab “Yak…halo juga, ini siapa ya...?'. Dia jawab “Ini Mas Srex?....aku Reny...temanmu SMA dulu...inget kan ?'
Aku terdiam...secepat kilat sel-sel kelabu otakku membongkar arsip memorinya, dan….Aarrrghhh…. muncullah gambaran sesosok perempuan ber kulit hitam manis, ber rambut hitam panjang 26 tahun yang lalu...hmm....”O iya, aku ingat Ren....sudah lama sekali...kamu tahu darimana nomorku ini..?” Dia jawab “aku tahu dari Abbas teman kita, dia tahu nomormu ini dari fesbuk, aku sendiri belum gabung dengan fesbuk, jadi langsung telpon kamu aja, nggak apa apa kan...? Kebetulan aku lagi dinas luar ke Salatiga selama 2 hari, makanya aku nelpon kamu”. Suasana segera mencair, setelah basa-basi pembicaraan tentang kabar masing2 terkini...Dia mengundang aku untuk makan siang besok di 'pepito resto' di hotel tempat dia bermalam. Kubilang aku akan datang sekitar pukul setengah satu siang...dia jawab “OK…kutunggu”, kemudian pembicaraan berakhir.

Hemm…sebenarnya si Reni adalah junior SMA dua tahun di bawahku, dia teman sekelas adikku. Saat dia diterima di SMA, aku sudah duduk dikelas 3, dan sebagai anggota pengurus OSIS aku memegang seksi Upacara setelah kalah dalam pemilihan Ketua OSIS waktu kelas 2. Aku bertugas melatih baris berbaris dan tata cara upacara sekolah, kebetulan saat itu dapat jatah melatih siswa baru. Si Reni ini memang beda dibanding teman2 cewek lainnya. Dia termasuk cepat menguasai latihan2 yang kuberikan, di tambah fisiknya yang bagus sehingga selalu berada di baris terdepan memimpin temennya. Saat acara “gojlokan” selesai, si Reny di nobatkan sebagai siswa baru favorit oleh para senior2 nya. Setelah memasuki masa belajar, bulan berikutnya si Reny sering menitipkan surat ke aku lewat adikku, tadinya surat itu isinya biasa2 saja nggak ada yang penting cuma sekedar ngobrol ngalor-ngidul tentang hobby, cita-cita dan keluarganya, tapi mulai surat ke 3 dst…sudah berubah isinya menjadi ‘surat cinta’…busyet….dan di surat yang ke 3 sampai 7 dia mengakhiri tulisannya dengan kalimat “I Love You”. Apa ini bukan “proklamasi-cinta” namanya…?, padahal saat itu aku sudah kadung dekat dengan temanku sesama kelas 3 , cewek anak Palembang . Akhirnya demi menjaga keamanan dalam negeri , ku tulislah surat penolakan secara baik-baik. Sebenarnya yang dapat untung itu adikku, karena setiap dia mengantarkan surat ke aku dan menyampaikan balasan ke Reny dia dapat upah jajan bakso di kantin sekolah…jadi total jendral adikku di traktir 14 kali…wah..wah….kakaknya sendiri di makelar-in….tega banget adikku itu. Sekarang setelah bertahun-tahun tidak pernah dengar kabar beritanya, tahu2 dia muncul. Yah…kukira tidak usah berpikiran dan berperasaan jelek, ku anggap saja sebagai silaturahmi antar teman lama satu almamater.
Besok siang harinya,di ‘pepito resto” kami ketemuan…dan reaksinya saat melihat aku dia tampak takjub sekali. Waktu ku tanya kenapa dia jawab; “ wah..kamu berubah banyak ya Srex, dulu kamu kurus kerempeng, berambut gondrong”. Ku jawab; “ Ya iyalah Ren…kan itu sudah bertahun-tahun yang lalu, kamu juga berubah banyak, jauh dari bayanganku semula….tapi masih tetap ayu…..hehehe….”
Kemudian kami memesan makan siang, aku meminta menu Indonesia aja dan si Reny setuju,untuk minumnya dia memesan es Jeruk, aku jus jambu merah. Si Reny ternyata bekerja di suatu perusahaan Leasing ”O#yX” yang biasa menangani pembiayaan perusahaan2 otomotif, seperti Bus, Truk dan angkutan2 laut. Sudah berkeluarga dan memiliki dua anak, sama seperti aku, dia tinggal di Tangerang. Kami saling bertukar canda dan tawa, apalagi lah yang dapat mensinkronkan pembicaraan selain menceritakan tentang kisah2 lucu masa lalu saat kita masih sekolah. Beberapa saat kemudian obrolan beralih ke masalah yang lebih “serius”. Si Reny bilang, “ aku masih menyimpan surat2mu yang dulu loh mas…, kamu sendiri bagaimana dengan surat2ku yang dulu?”. Ku jawab “ aku lupa Ren..mungkin masih tersimpan di kotak kayu tempat aku menyimpan pernik2 sekolah dulu…”. Reny tersenyum senang, padahal kalau dia tahu sebenarnya…semua surat2 dia sudah ku bakar, karena aku takut ketahuan sama ‘pacarku’ dulu…,,,kadang2 berbohong ada baiknya menurutku….hehehe… Eh, ternyata si Reny ini malah tanya “ Mas…dari semua tulisan di surat2 ku itu, apa yang paling berkesan menurutmu? ” Waah….asem iik…jujur saja aku sudah lupa, karena biasanya cuma ku baca sekali kemudian ku bakar suratnya. Ahh….sambil mengingat-ingat dan memasang tampang serius sambil lalu ku jawab “ Tulisan diakhir suratmu Ren….I Love You”. Mendadak wajah si Reny merona merah…sesaat kulihat matanya berkaca-kaca….aku takut kalau dia menangis saat itu, karena aku juga mengatakan nya cuma asal2an, karena selebihnya aku sama sekali sudah tidak ingat apa isi suratnya. Ternyata Reny dapat menguasai diri, beberapa saat kemudian dia bilang;” Mas… tulisanku itu masih berlaku loh sampe sekarang….dan aku nggak akan menuntut banyak karena kita sudah sama2 memiliki kehidupan masing-masing yang berbahagia, aku selama ini juga menganggap bahwa jawabanmu yang dulu juga masih berlaku sampe sekarang, aku tidak akan berharap lebih”. Aku menghela nafas lega…fiuuh….”Kalau begitu, berarti situasinya malah lebih baik Ren…karena zamannya sudah berbeda, kamu dan aku juga tidak akan mungkin bisa mengulanginya lagi kan?”. Dia jawab “ Iya mas, itu cuma kisah lama, secuil riwayat hidupku, tapi biar bagaimanapun mas tetap merupakan bagian dari sejarahku”. Aku mengangguk dan mengiyakannya dan ku sambung; “ Yah…sejarah itu, sepahit apapun akan menjadi manis tak kala kita bisa menelusurinya dalam situasi yang baik Ren…., sebenarnya kita patut bersyukur masih di beri kesempatan untuk bertemu, aku sendiri tidak yakin apakah setelah pertemuan ini apakah kita masih bisa bertemu lagi sampai akhir hidup kita”. Mendadak si Reny mendongakkan wajahnya dan menjawab “Maksudmu kenapa mas…?” . Jawabku “ Maksudku, mungkin lebih baik kita tidak usah bertemu lagi, karena akan selalu membangkitkan memori “ I Love You” mu itu….hehehe”. Reny tersenyum lebar, dan berkata; “ Oohh…itu toh…ku kira ada apa…kok sampai kata2 akhir hidup mas ucapin, sampai takut aku mendengarnya”. Aku tersenyum, Kemudian Reny menyambung “ Kalau begitu begini aja mas…tulisan I love You ku itu di hapus aja yaa….anggap aja nggak pernah ada dan nggak usah di ingat2 lagi lah…Oke mas..” ku jawab “ Oke Ren…mulai saat ini aku juga tidak akan mengingat-ingat tulisan itu lagi”. Dia menyambung “ anggap aja itu cuma ucapan dari cewek yang lagi bingung mas…cewek yang lagi belajar mengenal lelaki, cewek yang lagi belajar untuk dewasa…kan saat itu aku baru masuk SMA…ya kan mas…?” Ku jawab “ iya betul itu…aku sendiri menyadarinya, justru itu aku menolakmu…hahaha….”. Reni tersenyum kecut….sambil merajuk dia berkata “ Mas…tapi boleh kan aku sewaktu-waktu nelpon kamu….?”. Aku terdiam sesaat dan berkata dalam hati “ wah gawat!….ngalamat kudu ganti nomor telpon nih” dan kalimat yang keluar dari mulutku “ O ya boleh-boleh saja Ren…kita kan friend….ya nggak”. Reny tersenyum puas. Setelah beberapa saat kemudian kami menyudahi acara makan siang, dan aku sekalian berpamitan pulang, dia memberiku kartu namanya, dan aku menjawab bahwa aku kebetulan nggak bawa kartu nama,kubilang lupa bawa,….dia nggak kecewa cuma bilang “ Ya sudah nggak apa-apa mas…yang penting udah ketemu…yak kan?”. Aku tersenyum sambil memasang mimik wajah menyesal sambil berkata “ Iya Ren…aku minta maaf ya…soalnya nggak kepikir tadi buat bawa kartu nama”.
Di Lobby Hotel sebelum kami berpisah, kami bersalaman, ku ucap “ Sampai ketemu lagi Ren, semoga sukses kamu ya…”. Dengan wajah ceria Reny menjawab; “ Iya mas….I Love You…..hahaha….” Si Reny ketawa ngakak…disambung ucapan “ Udah mas…nggak usah dipikir yaaa…..jujur deh…. aku selama ini ikhlas kok….. nggak mau kepikiran mas lagi ”.
Sesaat kemudian ku arahkan mobilku keluar hotel menuju jalan raya, sambil meluncur perlahan aku berkata sendiri; “ Sialan…malah sekarang jadi aku yang kepikiran…”

No comments:

Post a Comment