Monday, October 19, 2009

Kecemburuan (kebencian ) Profesi

Setiap manusia pasti memiliki keinginan agar dapat mencapai cita-citanya, walau serendah apapun tingkat pendidikan yang mereka miliki.Persoalan apakah nantinya setelah menyelesaikan studi terus dapat memperoleh pekerjaan sesuai yang diinginkannya aku tidak akan mengulas dalam posting ini.
Sebenarnya untuk apa sih kita itu bersekolah? Pasti jawaban nya sebagian besar adalah “supaya pintar”, jawaban lain mungkin supaya dapat “mencapai cita-cita”, mungkin juga ada jawaban “supaya hidupnya enak dan bahagia kelak”. Apapun jawabannya yang pasti semua bertujuan baik….iya kan…?
Nah….Kalau kita melihat keluar diri kita sejenak, maka akan kita lihat bermacam-macam profesi di dunia ini. Mulai dari yang dianggap sebagai profesi strata rendah sampai dengan yang strata tinggi. Tentunya semakin tinggi strata profesi mereka, berbanding lurus dengan tingkat intelektual dan tingkat jabatan dalam profesi yang digelutinya. Memang ada kasus tertentu dimana orang dengan pendidikan formal yang biasa2 saja tetapi dapat mencapai status profesi dan status sosial yang tinggi sekali…tapi itu kasus yang sangat jarang, biasanya kalau bukan karena dasarnya dia memang cerdas, mungkin juga karena didukung oleh kekuatan finansial dan pengaruh kondisi sosial atau politik yang luar biasa dari keluarganya atau orang2 dsekitarnya.
Lalu bagaimana dengan orang2 yang “kebetulan” memiliki tingkat pendidikan yang pas-pasan….? Tentunya dia harus menyadari bahwa boleh saja dia memiliki impian cita2 yang sangat tinggi, tetapi patut diingat bahwa dia pasti memiliki keterbatasan dalam bidang kemampuan akademik untuk bersaing mencapai cita2 nya. Karena banyak sekali profesi yang ditentukan oleh jenjang pendidikan mereka. Sebagai contoh seorang Insinyur sipil, tentunya tidak akan mungkin seorang tamatan STM mampu merancang bangunan sebagaimana canggihnya seorang Insinyur, kecuali dia menjadi seorang pemilik perusahaan konstruksi yang mempekerjakan Insinyur…tetapi tetap dia bukan seorang Insinyur. Demikian juga tidaklah mungkin seseorang yang bukan kuliah di fakultas Kedokteran melakukan pekerjaan atau profesi sebagai seorang dokter. Walaupun bisa saja dia memiliki S3 non Kedokteran dan memiiliki rumah sakit, tetapi tetap dia berada diluar dari ikatan Kolegium Kedokteran. Ikatan Kolegium adalah suatu perkumpulan dari para teman sejawat yang memiliki profesi yang sama, profesi lain tidak akan bisa memasukinya. Karena syarat untuk bisa menjadi suatu anggota Kolegium adalah harus bersekolah di pendidikan tertentu sampai dinyatakan lulus dan baru dapat diterima sebagai anggota suatu kolegium. Dalam suatu kolegium disitu akan didapatkan banyak sekali aturan2 main didalam menjalankan profesi, juga aturan hubungan profesi dengan konsumen juga antar teman2 sejawat sendiri Aturan ini sangat ketat…mirip suatu sumpah jabatan yang benar2 harus ditaati dengan konsekuensi yang sangat berat dan mengikat bagi para anggota bila sampai melanggarnya.
Tentunya didalam kiprahnya dimasyarakat, pasti profesi apapun pernah mengalami suatu friksi dengan profesi-profesi lainnya, entah dengan posisi sebagi konsumen ataupun produsen ataupun tidak dalam posisi apapun. Yang jadi masalah bagiku adalah ada kecenderungan bahwa profesi tertentu menjadi incaran profesi yang lainnya………..entah dengan alasan melindungi kepentingan konsumen(baca:masyarakat) menegakkan keadilan atau semata-mata mencari kesalahan belaka. Sudah sering kita lihat berita tentang seorang penegak hukum yang di tangkap polisi karena tuduhan korupsi, adalagi profesi sebagi seorang developer yang diproses pengadilan gara2 surat izin, atau ada lagi kasus seorang profesi dokter yang “dituduh” melakukan tindakan malpraktek.
Dalam mengusut kasus2 yang menyangkut suatu keahlian tertentu, sangatlah sulit karena tidaklah mudah untuk menembus barikade ikatan kolegium dari sipemilik profesi yang dipermasalahkan, karena mereka juga memiliki aturan main sendiri. Saya tidak mau memperpanjang proses detil tentang aturan main tersebut manakala seseorang professional terjerat oleh hukum. Justru saya melihat banyak keanehan di dalam kehidupan sehari-hari dengan banyaknya opini yang terbentuk di mayarakat apabila seseorang yang memiliki profesi tertentu “dianggap” melakukan suatu kelalaian, maka tudingan, celaan dan hinaan seolah-olah ditujukankepada profesi tersebut dengan tanpa melihat permasalah secara substansial…hanya dengan asumsi-asumsi belaka dan praduga-praduga yang dibumbu-bumbui gosip demi mencapai suatu kesimpulan untuk mendiskreditkan suatu profesi tertentu.
Demikian juga selama saya aktif ngeblog, beberapa kali saya temukan artikel-artikel yang entah itu merupakan tulisan si-empunya blog atau hanya berupa copas dari mass media/internet yang berisikan suatu tulisan bernada “miring” untuk mencerca suatu profesi tertenu, payahnya lagi sipenulis sama sekali tidak ada kaitannya dengan profesi yang di cercanya, tetapi berani-beraninya mendiskreditkan suatu organisasi profesi, tentu saja jadi aneh…apa dasarnya dia menulis itu..? kalau dalihnya menegakkan kebenaran….apa dia polisi ?...apa dia jaksa?...silahkan tuntut saja….Tetapi kalau hanya sekedar membentuk opini massa tanpa memiliki kepentingan atau tujuan sesuai dengan profesi yang dimilikinya….ahh….itu sok tahu…..fitnah namanya…!!, dan seseorang yang suka menyebarkan fitnah adalah orang yang harus dijauhi..berbahaya……! Menurutku mereka hanyalah termasuk dalam segelintir manusia dengan tingkat intelektualitas tanggung yang mencoba membalaskan rasa sakit hati dan iri-dengki karena tidak memiliki cukup kemampuan mencapai profesi yang dicelanya tetapi sebenarnya mungkin merupakan cita-citanya yang tidak kesampaian.
“Maksud hati memeluk gunung apa daya tanganku tak sampai….ku bakar saja sekalian hutannya”….xixixixi....

No comments:

Post a Comment