Sebenarnya untuk apa sih kita itu bersekolah? Pasti jawaban nya sebagian besar adalah “supaya pintar”, jawaban lain mungkin supaya dapat “mencapai cita-cita”, mungkin juga ada jawaban “supaya hidupnya enak dan bahagia kelak”. Apapun jawabannya yang pasti semua bertujuan baik….iya kan…?
Nah….Kalau kita melihat keluar diri kita sejenak, maka akan kita lihat bermacam-macam profesi di dunia ini. Mulai dari yang dianggap sebagai profesi strata rendah sampai dengan yang strata tinggi. Tentunya semakin tinggi strata profesi mereka, berbanding lurus dengan tingkat intelektual dan tingkat jabatan dalam profesi yang digelutinya. Memang ada kasus tertentu dimana orang dengan pendidikan formal yang biasa2 saja tetapi dapat mencapai status profesi dan status sosial yang tinggi sekali…tapi itu kasus yang sangat jarang, biasanya kalau bukan karena dasarnya dia memang cerdas, mungkin juga karena didukung oleh kekuatan finansial dan pengaruh kondisi sosial atau politik yang luar biasa dari keluarganya atau orang2 dsekitarnya.
Lalu bagaimana dengan orang2 yang “kebetulan” memiliki tingkat pendidikan yang pas-pasan….? Tentunya dia harus menyadari bahwa boleh saja dia memiliki impian cita2 yang sangat tinggi, tetapi patut diingat bahwa dia pasti memiliki keterbatasan dalam bidang kemampuan akademik untuk bersaing mencapai cita2 nya. Karena banyak sekali profesi yang ditentukan oleh jenjang pendidikan mereka. Sebagai contoh seorang Insinyur sipil, tentunya tidak akan mungkin seorang tamatan STM mampu merancang bangunan sebagaimana canggihnya seorang Insinyur, kecuali dia menjadi seorang pemilik perusahaan konstruksi yang mempekerjakan Insinyur…tetapi tetap dia bukan seorang Insinyur. Demikian juga tidaklah mungkin seseorang yang bukan kuliah di fakultas Kedokteran melakukan pekerjaan atau profesi sebagai seorang dokter. Walaupun bisa saja dia memiliki S3 non Kedokteran dan memiiliki rumah sakit, tetapi tetap dia berada diluar dari ikatan Kolegium Kedokteran. Ikatan Kolegium adalah suatu perkumpulan dari para teman sejawat yang memiliki profesi yang sama, profesi lain tidak akan bisa memasukinya. Karena syarat untuk bisa menjadi suatu anggota Kolegium adalah harus bersekolah di pendidikan tertentu sampai dinyatakan lulus dan baru dapat diterima sebagai anggota suatu kolegium. Dalam suatu kolegium disitu akan didapatkan banyak sekali aturan2 main didalam menjalankan profesi, juga aturan hubungan profesi dengan konsumen juga antar teman2 sejawat sendiri Aturan ini sangat ketat…mirip suatu sumpah jabatan yang benar2 harus ditaati dengan konsekuensi yang sangat berat dan mengikat bagi para anggota bila sampai melanggarnya.
Tentunya didalam kiprahnya dimasyarakat, pasti profesi apapun pernah mengalami suatu friksi dengan profesi-profesi lainnya, entah dengan posisi sebagi konsumen ataupun produsen ataupun tidak dalam posisi apapun. Yang jadi masalah bagiku adalah ada kecenderungan bahwa profesi tertentu menjadi incaran profesi yang lainnya………..entah dengan alasan melindungi kepentingan konsumen(baca:masyarakat) menegakkan keadilan atau semata-mata mencari kesalahan belaka. Sudah sering kita lihat berita tentang seorang penegak hukum yang di tangkap polisi karena tuduhan korupsi, adalagi profesi sebagi seorang developer yang diproses pengadilan gara2 surat izin, atau ada lagi kasus seorang profesi dokter yang “dituduh” melakukan tindakan malpraktek.
Dalam mengusut kasus2 yang menyangkut suatu keahlian tertentu, sangatlah sulit karena tidaklah mudah untuk menembus barikade ikatan kolegium dari sipemilik profesi yang dipermasalahkan, karena mereka juga memiliki aturan main sendiri. Saya tidak mau memperpanjang proses detil tentang aturan main tersebut manakala seseorang professional terjerat oleh hukum. Justru saya melihat banyak keanehan di dalam kehidupan sehari-hari dengan banyaknya opini yang terbentuk di mayarakat apabila seseorang yang memiliki profesi tertentu “dianggap” melakukan suatu kelalaian, maka tudingan, celaan dan hinaan seolah-olah ditujukankepada profesi tersebut dengan tanpa melihat permasalah secara substansial…hanya dengan asumsi-asumsi belaka dan praduga-praduga yang dibumbu-bumbui gosip demi mencapai suatu kesimpulan untuk mendiskreditkan suatu profesi tertentu.
![](http://3.bp.blogspot.com/_-CQfGVSJqR0/Stxu01Up2aI/AAAAAAAAAnM/r2O7k_NyKp8/s320/worthlessrex.jpg)
“Maksud hati memeluk gunung apa daya tanganku tak sampai….ku bakar saja sekalian hutannya”….xixixixi....
No comments:
Post a Comment