Beberapa hari yang lalu di sela-sela mengikuti acara seminar yang di selenggarakan oleh suatu institusi kesehatan di kota Solo.
Aku kebetulan datang terlambat, di kartu undangan tertulis pukul 12.00 – 17.00. Tapi karena memang lagi banyak kerjaan jadi aku baru bisa datang pukul 13.00.
Undangan yang hadir tampak cukup banyak, bahkan aku sendiri sampai menunggu dicarikan tempat duduk oleh panitia sponsor yang kebetulan dari perusahaan /produsen obat yang cukup bonafid. Aku di tempatkan di baris ke 3 dari depan karena memang hanya kursi itu yang paling mudah di jangkau dari arah pintu masuk. Aku mengucapkan terima kasih pada mbak2 yang mengantarku. Setelah aku duduk, kulayangkan pandanganku ke sekeliling untuk melihat situasi. Tampak banyak teman2 sejawat yang memang ku kenal, baik di barisan depanku maupun yang dibelakangku Baris paling depan memang dikhususkan buat para pembicara/ nara sumber dan para kolega yang sangat senior, rata2 sudah berusia diatas 50 tahun dengan seabreg gelar di depan dan belakang namanya. Kebetulan di sebalah kiri dan kananku sama kolega yang menurutku se level Cuma lebih senior dikit dilihat dari usianya , tapi nggak masalah karena mereka juga nggak begitu kenal aku jadi kita sama2 cuek aja..hehehe….
Saat memasuki sesi break…para peserta termasuk aku berangsur menuju ke meja tempat kami sejenak menikmati kopi beserta beberapa panganan / camilan….sekalian jalan2 berkeliling melihat-lihat stand2 pameran dari si produsen yang memamerkan produk2 nya, sekalian mengisi absen buat doorprize. Saat lagi asyik ngobrol dengan seorang penjaga stand, aku didekati oleh seorang teman sejawat yang kebetulan tuan rumah acara ini. Sambil bersalaman dia berkata “ wah mas…sampeyan naik pangkat yaa….”. Aku terdiam sebentar mencoba mencerna kalimatnya…” emang kenapa mas…?, kok ngomong gitu…?. Terus sambil merendahkan suaranya dia berkata “ tau nggak mas…kamu itu duduk di baris depannya Prof, DR,Dr, Obelix SpPD-KGEH, Msc. (nama disamarkan)…”.
Aku langsung jawab “ O ya tho…? Terus kenapa…? kan bukan aku yang milih kursi itu...?“. Temanku melanjutkan “ Prof Obelix duduk disebelahku mas, terus dia nanya ke aku tentang mas…ya aku jawab aja apa adanya….terus dia bilang kalo mas Srex itu nggak sopan…harusnya mempersilahkan yang lebih senior untuk duduk di kursi mas Srex dulu…kalo nanti yang senior menolak, baru nanti mas Srex boleh duduk di kursi itu…gitu mas…sorry..aku ngomong apa adanya, biar mas Srex tahu, kalo perlu mumpung lagi break…mas Srex cari aja Prof Obelix..terus minta maaf aja..biar besok2 nya nggak berbuntut…Bahaya mas…kalo sampai di musuhi Prof Obelix…..”.
Mendadak kopi yang kuminum terasa hambar, perutku terasa mual……Ternyata di dunia profesi yang di huni oleh orang2 yang mengagungkan Logika , mengagungkan update ilmu pengetahuan dengan Gelar akademis berderet deret…masih saja mengedepankan budaya “non ilmiah” yang menurutku terkesan aneh….tapi memang begitulah kenyataannya… hal2 yang berkaitan dengan tradisi, adat istiadat, sopan santun budaya setempat sering terbawa-bawa didalam “menilai seseorang di forum yang ilmiah”.
Apakah ini yang disebut sebagai Budaya kolot…? Feodal….? Ahh…yang jelas aku cuek aja… kucari salah seorang nara sumber yang juga memiliki full gelar akademis, kebetulan beliau adalah “Guru” ku…Kuajak dia duduk di sebelahku…di sela2 seminar kami sempatkan bisik2 ngobrol dengan akrabnya….beberapa saat kemudian “secara tak sengaja” ku layangkan pandanganku kearah kursi Prof Obelix…dia membalas tatapanku…sambil tersenyum…sopaaaannnn sekaliiii……dasar…!!!!...hehehe….
No comments:
Post a Comment